Triping Ke Tanjung Puting - Part 2

Yeaayy.. Akhirnya kita lanjutkan kembali petualangan di Tanjung Puting. Yang belum baca Part 1, baca dulu yaaa.. Triping Ke Tanjung Puting - Part 1

So.. Let's go! Pamo!

Hari ke-2
Setelah bangun sedikit menggigil karena udara pagi yang dingin dan ngga prepare bawa kain atau apapun untuk menyelimuti tubuh saat tidur, karena tidur kita hanya dilapisi kelambu, tapi sejauh itu tidur saya cukup nyenyak, walaupun sedikit terganggu dengan suara misteri (baca: suara dengkuran dari seseorang sebut saja Bunga) hahaha 

muka bantal baru bangun tidur
Pagi yang indah ketika bangun tidur di atas kelotok, mendengar nyanyian burung yang bersahut - sahutan, merasakan semilir angin, melihat warna hijau dari pepohonan serta merasakan sinar mentari pagi yang mengintip di balik awan dan mencoba masuk melalui celah - celah dinding klotok, membuat suasana pagi begitu sempurna.

Selesai bersih - bersih, kita sudah disuguhkan makanan di atas meja makan, kali ini sarapannya adalah pancake dan roti lengkap dengan pilihan topping strawberry atau cokelat. Tersedia juga susu, teh dan kopi setiap hari. Pagi ini kita disuguhkan minuman orange juice dalam kemasan, untuk menambahkan energi, karena seharian ini kita akan mendatangi 2 camp sekaligus. Sambil mengisi waktu perjalana menuju ke camp, kita bersantai ria di atas rooftop klotok menikmati matahari pagi, foto - foto dan ngobrol seru bareng Tania & Crist. Liat yaa video wawancaranya! ;)

pose kece di atas rooftop klotok
Camp yang pertama adalah Pondok Tanggui. Kita harus melompati beberapa kapal dan menyebrangi jembatan kecil terlebih dahuli karena posisi kapal kita berada di paling luar dermaga. Dari dermaga menuju ke camp Pondok Tanggui, kita harus melewati jalanan yang terbuat dari kayu - kayu, dengan samping kanan kiri pepohonan yang rimbun, hingga kita menemui sebuah rumah sebagai pos penjagaan Pondok Tanggui. Untuk tamu yang datang diwajibkan menuliskan nama di buku daftar hadir. 

Lalu kita lanjutkan perjalanan memasuki hutan, masih dipandu dengan guide kita, Arry. Masih menyusuri hutan dengan jalan setapak, ditemani suara - suara alam, pepohonan yang menjulang ke atas, sesekali kita mendengar siulan untuk memanggil para Orang Utan menuju camp tempat "feeding" berlangsung. Ketika sampai di tempat "feeding", sudah banyak sekali wisatawan yang berkerumun di depan panggung menunggu para Orang Utan bermunculan. Kali ini jarak panggungnya dengan tempat wisatawan berdiri tidak terlalu jauh, sehingga kita bisa melihat Orang Utan lebih dekat.



Di tempat ini lebih banyak Orang Utan yang bermunculan dan datang dari berbagai arah, Orang Utannya datang silih berganti, ada yang berkelompok, ada yang membawa anaknya atau bahkan ada yang sendiri. Menggemaskan sekali bisa melihat tingkah Orang Utan di habitat aslinya. Di sini kita harus sabar menunggu kedatangan Orang Utan, serta selalu menjaga tata krama agar tidak mengganggu mereka.

Raja Orang Utan di sini bernama Doyok, ia muncul di tengah - tengah waktu feeding. Badannya besar sekali, tapi jika dibandingkan dengan si Gundul, masih lebih besar Gundul.

Setelah puas menyaksikan Orang Utan di camp ke-2, kita kembali ke dermaga untuk melanjutkan perjalanan ke camp yang ke-3, yaitu Camp Leakey. Perjalanan dari camp Pondok Tanggui ke Camp Leakey membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam, sambil kapal klotok berjalan kita disuguhkan es buah segar dan camilan. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustai?! :')

endeeuuss~
top markotop!
Setelah itu kita makan siang dengan sajian ikan goreng yang aduhai lezatnya, ditambah lauk dan sayur lainnya. Kapal kita bersandar di ujung gerbang sungai Sekonyer, dikarenakan kapal kita cukup besar sehingga tidak memungkinkan menuju Camp Leakey menggunakan klotok tersebut. Kita akan menaiki sampan menuju ke Camp Leakey, kita akan mengarungi Sungai Sekonyer yang berwarna hitam namun jernih, yang katanya banyak sekali buayanya. Orang sana bilang, Sungai Sekonyer adalah Sungai Buaya.

Can you see the difference in color of the water? The black one is Sekonyer River
naik sampan! aye aye captain~
Excited sekali saat mengarungi Sungai Sekonyer, berharap bisa melihat buaya melintas atau ular yang katanya juga banyak di sana. Tapi sayangnya, gw pribadi cuma melihat moncong buaya kecil saja di dekat dahan - dahan pohon bakau serta badan ular yang melintang di batang pohon. Sungai Sekonyer yang warnanya hitam tersebut terbentuk karena endapan dari daun - daun serta akar - akar pohon, sejatinya warna air sungainya sangat jernih, sehingga kita bisa melihatnya seperti cermin, apalagi sungai tersebut sangat tenang.

Perjalanan menuju ke Camp Leakey dengan sampan kurang lebih 30-45 menit, ketika sampai di Camp Leakey, kita harus kembali melompati beberapa kapal yang sudah bersandar di dermaga. Untuk menuju ke dalam camp, kita harus melewati jalanan berkayu seperti di camp Pondok Tanggui namun kali ini jalannya lebih panjang. Lalu setelah melalui jalan berkayu, kita mulai memasuki hutan kembali, tapi sebelum memasuki hutan, kita datang ke pos penjagaan terlebih dahulu untuk mengisi daftar kehadiran. Dan di sana kita juga disambut oleh Orang Utan yang sedang asyik tidur - tiduran di jalan sambil memainkan ranting pohon. Kita lanjutkan perjalanan ke dalam hutan dan di tengah jalan kita sudah disambut oleh beberapa Orang Utan yang bergelantungan di atas pohon.



Ketika sampai di area feeding, wisatawan sudah mulai berkumpul, kita pun mencari posisi yang paling tepat untuk mengambil gambar ataupun untuk sekedar melihat aksi para Orang Utan tersebut.
Di Camp Leakey ini lebih dekat lagi posisi panggung dengan area wisatawan yang melihat. Tak kalah banyak dengan camp yang sebelumnya, Orang Utan disini pun silih berganti berdatangan untuk mengambil pisang yang ada di panggung.

Tak hanya muncul Orang Utan, tapi ada babi hutan serta monyet bernama Bob yang ikut mencari makan di area feeding. Raja Orang Utan di camp ini adalah Tom, ia salah satu Orang Utan yang cukup terkenal, sayangnya kita belum berkesempatan bertemu dengan Tom. Menurut kata penjaga yang kita kenal disana, yaitu Pak Onge, sudah beberapa hari ini Tom tidak muncul di camp. Biasanya jika ada Orang Utan yang tidak muncul ke daerah persinggahannya, mereka sedang menyeberangi hutan atau mencari daerah kekuasaan lainnya.

Mr. Onge & Bob


Saat sambil menunggu kedatangan Tom yang ternyata tak muncul, kita asyik ngobrol dengan Pak Onge ini, mulai dari hal yang remeh temeh, seperti usianya yang hampir menginjak kepala 5, lalu keterlibatannya sebagai ranger di Tanjung Puting yang sudah cukup lama serta pengalamannya mengawasi beberapa taman nasional di Indonesia ini dan ternyata ia adalah salah satu lulusan SMP yang terletak di Jakarta Selatan dan dulunya sering nongkrong di Blok M. hihihi..

Lalu ia pun bercerita tentang Siswi, salah satu queen Orang Utan yang cukup agresif dan sensitif, terutama pada perempuan, karena ia memiliki kisah yang cukup memilukan. Pak Onge berpesan agar jangan terlalu dekat dengan Siswi, karena sudah banyak korbannya yang mencoba mendekati Siswi, walaupun ia terlihat sangat jinak, namun ia tetaplah binatang liar yang hidup di habitat aslinya, jadi jika kita bukan pawangnya jangan coba - coba! hehe

Dan beruntungnya, saat perjalanan pulang kita bertemu Siswi, ia sedang asyik bergelantungan di dahan pohon dekat jembatan kayu. Saat sedang asyik foto - foto ternyata Siswi naik ke jembatan tersebut, berhubung baru saja dikasih peringatan oleh Pak Onge, jadi gw pun menjaga jarak aman alias takut! huehehe Ternyata seru, Siswi mengejar kita dan mengantar kita hingga ke Dermaga. Beruntungnya guide kita, Arry sudah cukup dekat dengan Siswi, jadi sempat ia memeluk kaki salah satu guide lain dan Arry dengan sigap membuat Siswi mengerti untuk segera melepaskannya.

ini dia si cantik, Siswi

disayang boleh, dipegang jangan
Respect The Orangutans!
Setelah kembali dari Camp Leakey, senja mulai turun, di klotok sudah disediakan camilan serta persiapan makan malam. Bersantai sejenak di atas rooftop kapal menikmati senja, memandangi sungai dan melihat para Bekantan yang loncat dari satu pohon ke pohon lainnya. Setelah makan malam, bersih - bersih lalu kapal kita melanjutkan perjalanan menuju area kunang - kunang. Ada beberapa pohon yang banyak dikelilingi kunang - kunang, berpendar indah di tengah gelapnya malam, sayangnya tidak bisa diabadikan karena kamera biasa tidak bisa menangkap cahayanya.

Cukup memandangi ribuan kunang - kunang yang berterbangan serta jutaan kerlip bintang di langit malam itu, ditambah obrolan seru bareng teman - teman baru (walaupun lebih banyak ngga ngerti bahasanya hahaha), membuat malam terakhir kita di Tanjung Puting kali itu sangat membahagiakan.

sunset lover!
Hari ke - 3

Hari ini kita harus segera kembali ke Pangkalan Bun pagi - pagi, karena 4 orang teman kita dari Spanyol harus kembali dan mengejar penerbangan. Untuk kita ber-5, ditambah Tania, Crist, Constance & Marine akan stay 1 malam di Pangkalan Bun. 

Sebagai ganti waktu kita yang tersita karena terlalu cepat untuk kembali, Arry mengajak kita menyusuri Sungai Arut. Ternyata dermaganya tepat di seberang hotel kita menginap. Sempat hujan sebentar, hingga akhirnya sore menjelang, kita menyusuri sungai arut dengan menaiki sampan. Seru bangeeett naik sampan di Sungai Arut.. karena kita bisa melihat kehidupan masyarakat yang tinggal di pinggir sungai tersebut. Banyak anak - anak yang berenang dan para ibu - ibu yang memanfaatkan air sungai untuk mencuci.

yuhuuuu~

Setelah asyik bersampan ria, kita makan bakso tusuk di pinggir dermaga, Crist & Tania pun mencoba makanan khas Indonesia itu, katanya "puedeess shaayy~" :"))))

Begitulah sampai akhirnya, keesokan harinya kita pun harus meninggalkan Pangkalan Bun, meninggalkan sejuta kenangan tentang tanah Borneo yang indah.

Mario, Sandy & Fe harus kembali ke Jakarta..
Sedangkan gw & Wince menuju ke Semarang untuk melanjutkan petualangan seru!
Mau tau kayak gimana keseruan kita menuju ke Bali lewat jalur darat dengan nyawa dihargai 52ribu rupiah??!! Hahaha tunggu yaaa ceritanya di Aming & Aya Explore Bali!!




see you on the next journey!

Comments

favorite reader!

Rincian Biaya Backpacker (Jakarta - Medan - Aceh - Sabang)

Jakarta - Malang - Probolinggo - Bromo

Rincian Biaya Trip To Maluku

Pulau Tegal - Pasir Timbul, Lampung

Jakarta - Medan - Aceh - Sabang