Mlaku - Mlaku Neng Kaki Lawu

Jika anda sedang berada di kota Solo, Jawa Tengah, sempatkan diri untuk mengunjungi jejak sejarah yang terletak di bawah kaki gunung Lawu, tepatnya di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Terdapat bangunan berupa candi umat agama Hindu, yang hingga saat ini masih digunakan untuk acara peribadatan. Tak heran jika masih banyak kita jumpai sesajen yang diletakkan di beberapa lokasi candi.


Candi Cetho atau Ceto, itulah nama bangunan sejarah, yang dibangun pada masa - masa akhir era Kerajaan Majapahit (abad ke-15 Masehi). Untuk menuju ke Candi Ceto cukup mudah, anda bisa melalui jalan utama dari arah Solo menuju ke Kabupaten Karanganyar, lalu ke arah Tawang Mangu, sebelum sampai di Tawang Mangu, sudah banyak papan penanda jalan menuju ke arah Candi Ceto, ikuti saja hingga menemukan gapura besar "Kawasan Sukuh Cetho". Dari gapura tersebut lokasinya masih kurang lebih 10 kilometer, dengan menelusuri jalan yang naik turun bukit serta kemiringan yang curam seperti di puncak. Karena memang lokasi tersebut tepat di bawah kaki gunung Lawu.



Tidak perlu khawatir dengan kondisi jalannya, karena kondisi jalan menuju ke kawasan tersebut sudah bagus teraspal, cukup pastikan kendaraan anda dalam keadaan yang prima. Selama perjalanan kita akan disuguhkan pemandangan yang sangat luar biasa indah di kanan kiri jalan. Hamparan kebun teh yang berbentuk seperti bukit teletubies akan memanjakan mata kita. Cuaca di sana sangat sejuk, sangat cocok sekali untuk melepas penat sejenak dan menyegarkan kembali pikiran serta tubuh kita dari rutinitas sehari - hari.

Ketika sampai di area Candi Ceto, kita akan dipinjamkan kain oleh petugas, dikarenakan kita akan memasuki tempat suci untuk peribadatan dan kita cukup memberikan sumbangan suka rela untuk peminjaman kain tersebut. Untuk tarif masuknya pun cukup murah, hanya sekitar 5 ribu rupiah per orang.




Bentuk candi berupa punden berundak - undak, memiliki 14 teras atau punden bertingkat. Di antaranya adalah terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, surya Majapahit (diduga sebagai lambang Majapahit), dan simbol phallus (penis, alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan tindik (piercing) bertipe ampallang.

Di bagian timur komplek candi utama, terdapat terdapat sebuah bangunan yang pada masa lalu digunakan sebagai tempat membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara ritual peribadahan, yaitu Taman Saraswati. Di timur laut bangunan candi, dengan menuruni lereng, ditemukan sebuah kompleks bangunan candi yang kini disebut sebagai Candi Kethek ("Candi Kera"). 



Saran saya jika anda menyempatkan diri untuk datang ke tempat ini, pastikan kondisi tubuh anda dalam keadaan fit. Dikarenakan kita harus menaiki ratusan anak tangga untuk menuju candi utama serta sedikit trekking untuk menuju ke Taman Saraswati, yang terdapat patung Dewi Saraswati sumbangan Kabupaten Gianyar sekitar tahun 2003-2008.

Serta jagalah selalu lingkungan agar tetap bersih dan terjaga keasriannya, karena ini adalah aset sejarah yang akan sangat berguna bagi generasi kita selanjutnya.

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah 
 

Comments

favorite reader!

Rincian Biaya Backpacker (Jakarta - Medan - Aceh - Sabang)

Jakarta - Malang - Probolinggo - Bromo

Rincian Biaya Trip To Maluku

Pulau Tegal - Pasir Timbul, Lampung

Jakarta - Medan - Aceh - Sabang